Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Istana Basa dan bila Anda berkunjung ke kota Padang, rasanya belum lengkap bila tak singgah ke obyek wisata sejarah yang satu ini. Istana Basa atau Istana Pagaruyung terletak di dasar kaki gunung yang menawan, tepatnya di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Dari pusat kota Padang jaraknya sekitar 100 km, namun dari kota Batusangkar cukup dekat, yaitu 5 km saja. Bila diperhatikan, lokasi kawasan wisata ini terletak cukup strategis dan dari berbagai penjuru kota di Sumatera Barat mudah diakses.
Mengenal obyek wisata Istana Pagaruyung
Istana yang megah ini dapat dibilang merupakan Replika, jadi bukan istana aslinya. Mengapa Replika? Sebab Istana Pagaruyung pernah mengalami kebakaran hingga 3 kali dan selalu dibangun kembali dengan bentuk yang sama. Kebakaran paling hebat adalah yang terjadi di tahun 2007. Penyebabnya adalah karena tersambar Petir.
Akibatnya nyaris segala dokumen serta kain-kain peninggalan budaya yang dikoleksi disini hangus tak bersisa. Beberapa barang kuno yang dapat diselamatkan lalu dipindahkan ke Istano Silinduang Bulan untuk mencegah kerusakan barang-barang berharga ini karena berbagai sebab.
Istana ini dibangun di masa abad ke- 17 dengan bentuk arsitektur yang unik dan mengandung filosofi serta kearifan lokal masyarakat Minang yang luhur. Bentuk dasarnya berupa 4 persegi panjang semacam rumah panggung dengan atap lancip yang menonjol sebagaimana tanduk kerbau.
Bagian inilah yang biasa disebut gonjong. Bangunan istana ini kental dengan komponen-komponen bangunan tradisional yaitu tabuah, rangkaian patah 9, surau, dan lain-lain. Di berbagai sudut bangunannya didominasi ukiran bercorak unik serta warna-warna cerah khas Minang. Bagian-bagian tersebut merupakan perwujudan falsafah sejarah serta budaya Minangkabau yang kental.
Di dalam bangunan Istana Pagaruyung berlantai 3 ini terdapat dari 11 gonjong dan 72 tonggak. Hingga saat ini beberapa aset kerajaan masih terpelihara serta dilindungi dengan baik. Di pelataran istana terdapat bangunan yang dinamanan Medan Nan Bapaneh bagaikan tempat musyawarah para pejabat istana serta Bundo Kanduang. Masyarakat Minang sejak dahulu memang memiliki kultur kental yang berhubungan dengan emansipasi perempuan di Minangkabau.
Kondisi dalam Istana Pagaruyung
Masuk ke dalam istana Anda akan disambut dengan kain daerah bercorak aneka warni sebagai penghias di hampir semua ruangan. Atap bangunan ini dihiasi lampu- lampu klasik dengan ornamen kain bercorak kuning dan orange. Berikutya ada bagian sebagaimana panggung lengkap dengan bantal-bantal duduk serta tak lupa untaian kain-kain dekorasi. Jangan lupa melepas alas kaki sebelum memasuki bangunan ini sebagai bentuk penghormatan.
Beberapa bagian unik di dalam istana yang banyak menarik perhatian pengunjung
Batu tapakan – Pada bagian bawah jenjang di bagian depan bangunan ada batu yang dahulu dijadikan tempat bertumpu dan mencuci kaki sebelum masuk istana. Selain itu ada pula guci berisi air dilengkapi gayung.
Anjuang Perak – Di tempat inilah para wanita berkumpul untuk bermusyawarah dengan dipimpin oleh permaisuri yang disebut Bundo Kanduang.
Anjuang Rajo Babandiang – Ruangan ini berada lantai pertama bagian kanan dan diperuntukkan sebagai ruang sidang yang dipimpin oleh Raja sekaligus Ratu.
Anjuang Paranginan – Ruangan di lantai dua ini digunakan sebagai tempat berkumpul para putri raja yang masih belum menikah.
Singgasana – Sebagaimana singgasana di istana lain di sini terdapat tepat duduk untuk raja dan ratu di ruangan utama di lantai 1. Di Istana Pagaruyung pada bagian ini terpasang foto Sultan Alam Bagagarsyah yang dulu pernah memerintah di istana tersebut.
Semoga bermanfaat!